Menjaga Semangat Ibadah Pasca Ramadhan
Pengertian Takwa
Hadist Tentang Takwa
”Bertaqwalah kepada Allah
dimanapun engkau berada, dan hendaknya setelah melakukan kejelekan engkau
melakukan kebaikan yang dapat menghapusnya. Serta bergaulah dengan orang lain
dengan akhlak yang baik‘” (HR. Ahmad 21354, Tirmidzi 1987, ia berkata: ‘hadits
ini hasan shahih’).
Selain menguatkan ketakwaan kepada Allah, kita juga
wajib untuk senantiasa bersyukur kepada-Nya karena senantiasa terus mendapatkan
kenikmatan yang tidak bisa kita hitung satu-persatu.
Walau kita, misalnya saat ini sedang menghadapi
permasalahan dan cobaan besar dalam kehidupan kita, namun yakinlah, nikmat
Allah lebih besar dari masalah dan cobaan yang kita hadapi. Dengan mensyukuri
nikmat Allah juga akan mampu merubah kehidupan kita lebih baik di masa
mendatang.
Karena Allah tidak akan merubah nasib atau keadaan kita
sendiri kecuali diri kita yang memiliki tekad untuk merubahnya.
Seperti tertulis dalam Al-Qur’an;
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۚ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ
Artinya, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu
kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” ( QS: Ar-Ra’du: 11).
Kenikmatan Beribadah
Makna Dari Idul Fitri Dalam Al-Qur'an
Dalam Surat Ar-Rum ayat 30 Makna Idul Fitri dibagi menjadi 3 bagian;
- Di awal ayat Allah SWT berfirman “Faakim wajhaka liddiini haniifa,fhitrotallah" (Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama Islam).
- Makna Idulfitri yang kedua. Firman Allah SWT; "Allati fatharannaasi ‘alaiha".
- Makna Idulfitri yang ketiga. Firman Allah ; "Laatabdiila likhalqillahi dzaalikaddiinul Qoyyim. Walaakinnaaktaronnasilaaya’lamuun".
Menurut ayat ini bahwa makna fitrah adalah Agama Islam, agama yang lurus. Jadi Idulfitri mempunyai makna kembali kepada agama yang lurus yaitu Agama Islam.
Fitrah adalah Allah SWT menciptakan manusia. Asal kejadian manusia itu adalah suci, bayi lahir dari siapa pun ibunya baik Islam atau pun bukan Islam, bayinya tetap suci. Tetapi jika di masa dewasanya menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi itu tergantung ibunya.
(Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah, itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manuia tidak mengetahui).
Makna Idulfitri menurut ayat ini adalah tidak ada perubahan pada ciptaan Allah SWT. Mengandung arti Istiqomah tetap berpegang teguh pada agama yang lurus yaitu Al-Islam.
Ibadah Saat Bulan Ramadan
Kita bisa melihat dan merasakan sendiri bagaimana
semangat ibadah kita pada bulan Ramadhan.
Masjid ramai dengan ibadah shalat berjamaah, shalat
tarawih, tadarus Al-Qur’an dan berbagai ibadah lainnya baik siang maupun malam.
Kuantitas ibadah lain juga meningkat di bulan Ramadhan
seperti zakat, infak, dan sedekah di samping ibadah utama di bulan Ramadhan
yakni berpuasa. Tentu semua itu harus dipadukan dengan spirit bulan Syawal
dalam bentuk peningkatan kuantitas dan kualitas ibadah.
Beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk
mempertahankan semangat ibadah kita di bulan Syawal dan bulan-bulan ke depannya
adalah dengan melakukan Muhasabah, Mujahadah, dan Muraqabah.
Muhasabah adalah melakukan introspeksi diri terhadap
perjalanan ibadah di bulan Ramadhan.
Muhasabah ini sangat penting karena akan menjadi pijakan kita untuk melangkah selanjutnya di bulan Syawal. Allah pun sudah mengingatkan kita untuk senantiasa melakukan evaluasi dengan melihat masa lalu kita sebagai modal untuk menghadapi masa depan.
Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Hasyr: 18,
Yā ayyuhallażīna āmanuttaqullāha waltanẓur nafsum mā qaddamat ligad, wattaqullāh, innallāha khabīrum bimā ta'malụn
Artinya: ”Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok, dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang
kamu kerjakan."
Setelah
melakukan muhasabah, selanjutnya kita melakukan mujahadah yakni
bersungguh-sungguh dalam berjuang untuk mempertahankan tren positif ibadah
bulan Ramadhan.
Perjuangan ini tentu akan banyak menghadapi tantangan,
baik dari lingkungan sekitar kita maupun dari diri kita sendiri. Oleh
karenanya, kita harus memiliki tekad kuat dan benar agar hambatan dan tantangan
yang bisa mengendurkan semangat ibadah kita ini bisa kita kalahkan.
Allah telah memberikan motivasi pada orang yang
bersungguh-sungguh dalam berjuang sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an surat
Al-Ankabut ayat 69:
وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُوا۟ فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلْمُحْسِنِينَ
Wallażīna jāhadụ fīnā lanahdiyannahum subulanā, wa innallāha lama'al-muḥsinīn
Artinya: “Dan orang-orang yang berjihad
(bersungguh-sungguh) untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada
mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat
baik.”
Setelah bermuhasabah dan bermujahadah, selanjutnya kita
bisa melakukan muraqabah kepada Allah.
Muraqabah adalah upaya kita mendekatkan diri kepada
Allah swt. Upaya kita untuk dekat dengan Allah ini akan memunculkan keyakinan
di dalam hati bahwa kita selalu dilihat dan diawasi oleh Allah swt.
Ketika Allah senantiasa mengawasi kita, maka akan
muncul rasa takut untuk melakukan segala hal yang dilarang oleh Allah swt.
Rasulullah saw bersabda: “Hendaknya engkau menyembah Allah seakan-akan engkau
melihat-Nya, sebab meski engkau tidak melihat-Nya, Dia melihatmu...”
Semakin kuat tekad kita untuk bermuraqabah, maka secara
otomatis akan menjadikan kita sadar bahwa kita sangat lemah dan miskin amal ibadah
sehingga akan muncul kesadaran untuk terus melipatgandakan ibadah dan kebaikan
kita sebagai wujud penghambaan kepada Allah.
Itulah beberapa upaya yang bisa kita lakukan agar di
bulan Syawal ini kita masih bisa terus memaksimalkan kualitas dan kuantitas
ibadah serta semangat dalam menjalankan perintah beribadah kepada Allah swt.
Komentar
Posting Komentar